[Agama dan Pendidikan]Jakarta, Pelita Ketua Majlis Tarjih dan Pemikiran Islam Muhammadiyah Prof Dr Muh Zuhri mengatakan maju pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) serta industri, pada hakekatnya merupakan warisan dari jerih payah para ulama dalam membumikan ayat-ayat "Kauniyyah" yang diturunkan oleh Allah. "Seperti ilmu falak, ilmu ini merupakan bagian dari fungsi menganalisa secara detail terhadap petunjuk ayat-ayat Al-Quran dan Sunnah Rasul yang berbicara tentang matahari dan bulan," papar Muh Zuhri usai seminar nasional "Peranan Iptek Dalam Penentuan Awal Bulan Qomariah" di Semarang kemarin. Menurut Muh Zuhri, dengan menyadari adanya petunjuk dari Allah SWT dan Sunnah Rasul itu, maka ilmu falak dianggap bisa merumuskan bahwa satu bulan itu dihitung dari perhitungan awal, dan ditindaklanjuti juga perhitungan berikutnya. Dia mencontohkan awal waktu Isya', yang dalam Hadits dikatakan ditandai dengan hilangnya mega merah, hal ini ditemukan dalam ilmu falak dengan posisi matahari 10 derajat di bawah ufuk dan seterusnya. Berikutnya kalangan ilmuwan mengadakan penelitian terus menerus dan mengamati keserasian antara teori dan perhitungan matematika dengan gejala alam. Untuk itu, lanjut Muh Zuhri, ilmuwan meyakini bahwa temuannya itu benar dan kalau ilmuwan tidak mempercayai hasil temuannya, orang lain lebih tidak percaya lagi dan sia-sia hasil penelitiannya. "Apa yang dihasilkan terhadap kajian ilmu falak menjadi pegangan terbuka untuk dikoreksi dan dikembangkan," kata Muh Zuhri pada seminar yang diselenggarakan Fakultas Agama Islam Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang bekerjasama dengan Pusat Pengkajian Hukum Islam dan Masyarakat Jawa Tengah. Bahkan, lanjut Muh Zuhri, apabila ada kasus antara ilmu indera berbeda hasil, maka ilmu dimenangkan karena telah diuji berulang-ulang. Sedangkan temuan indera hanya sekali ketika itu juga. Muh Zuhri mengungkapkan perintah ibadah ternyata memiliki dampak yang luar biasa dalam memajukan peradaban umat manusia, karena ibadah didasarkan petunjuk baik dari Al-Quran maupun Sunnah Rasul-Nya. Berkaitan dengan gejala alam yang menjadi ukuran masuknya waktu ibadah, Menurut Muh Zuhri, ilmu kosmologik dan matematik sangat dibutuhkan informasinya dalam mengantar umat Islam melaksanakan perintah agama dalam dimensi visual inderawi. Sebab, lanjutnya lagi, ilmu tersebut membantu penglihatan dalam rukyah dan lebih dari itu ilmu tersebut dapat menggantikan posisi inderawi, karena dipandang lebih akurat informasinya. Untuk itu, kata Muh Zuhri, adanya perbedaan pendapat tentang penetapan awal bulan Qomariyah tampaknya perlu dijembatani dengan saling pengertian dan upaya tersebut bisa terwujud jika umat Islam tersosialisasi oleh pandangan bahwa kemajuan pengetahuan dalam tradisi Islam bermula dari ajaran Islam sendiri. "Informasi agama yang masih ragu-ragu perlu adanya uluran tangan ilmu pengetahuan dan sebaliknya pengembangan Iptek itu sendiri perlu bimbingan dan dorongan kebijakan agama," kata Muh Zuhri seperti dilansir Antara. Sebab, dengan upaya seperti itu diharapkan tidak ada kecurigaan lagi antara ilmuwan dengan agamawan, selanjutnya tidak memandang sebuah pendapat sebagai hal yang skral. Sementara itu, Rektor Unissula Semarang Dr dr HM Rofiq Anwar Sp PA mengemukakan, universitas yang dipimpinnya itu telah memiliki alat untuk memantau datangnya tanggal 1 Qomariyah. Dia menjelaskan, untuk mengopersionalkan alat tersebut, di samping menerjunkan tim dari Fakultas Agama Islam, juga mengkoordinasi dengan Departemen Agama maupun dari kalangan Ormas Islam untuk melakukan pemantauan langsung di kawasan Pantai Utara Jawa. Hal ini dilakukan khususnya untuk mengetahui tanggal 1 Syawal (Hari Raya Idul Fitri). Menurut Rektor Unissula, dengan adanya pantauan langsung ke lapangan oleh tim Rukyah itu, diharapkan bisa memperoleh hasil yang optimal, sehingga bisa dijadikan landasan untuk menjadi masukan kepada Pemerintah, sekaligus menjadi pengertian kepada umat Islam agar tidak terjadi kesalah pahaman.(dik) Baca di http://www.pelita.or.id/baca.php?id=1058 |
0 Komentar