Desaku bernama Kawengen. Sebuah desa di kawasan Ungan Timur yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Demak. Tepatnya di Dusun Selelu RT 01 RWIII Kang Maryono Dilahirkan. Anak Ketiga dari pasangan Suradi-Sawini.
Mengenai nama Desaku yang terdengar cukup unik ini, ada kisah unik dibalik nama tersebut sebagaimana pernah dipublikasikan oleh harian Suara Merdeka berikut:
Mengenai nama Desaku yang terdengar cukup unik ini, ada kisah unik dibalik nama tersebut sebagaimana pernah dipublikasikan oleh harian Suara Merdeka berikut:
SUARA MERDEKA; Selasa, 07 Nopember 2006
========================================
Kisah di Balik Nama-nama Dukuh (1)
Kawengen, Tempat Bermalam Sunan Kalijaga
Kabupaten Semarang kaya akan legenda. Dari kisah terjadinya Rawa Pening yang amat populer, sampai legenda-legenda kecil yang berserakan di pelosok pedesaan. Wartawan Suara Merdeka Rukardi memaparkan legenda tiga dukuh di Desa Kawengen, Kecamatan Ungaran, dalam tulisan berseri mulai hari ini.
SUATU ketika, Sunan Kalijaga melakukan perjalanan ke arah selatan untuk syiar Islam. Dari Demak Bintoro, dia berangkat pagi-pagi. Lelaki yang diyakini sebagai Wali Allah itu keluar masuk hutan dan menyusuri desa-desa dengan berjalan kaki.
Menjelang petang, Kanjeng Sunan sampai di sebuah dukuh kecil yang berada di lereng perbukitan. Di tempat itu, dia memutuskan menginap. Baru pagi harinya, dia melanjutkan perjalanan ke Ungaran.
Beberapa hari kemudian, anggota Dewan Walisanga yang paling masyhur itu pulang ke Demak Bintoro. Seperti saat berangkat, dia memulai perjalanan pagi selepas subuh dengan berjalan kaki. Namun lagi-lagi saat sampai di dukuh itu, hari telah petang menjelang malam. Karena itu, Kanjeng Sunan sekali lagi harus menginap. Setelah mengalami hal itu, dia pun berujar.
''Besok rejaning zaman, dukuh iki tak jenengke Kawengen. Amarga ingsun tansah kewengen yen tumekan kene.
(Kelak kemudian hari, dukuh ini saya namakan Kawengen. Sebab, saya selalu kemalaman jika sampai di sini).''
Menuruti ujaran orang suci tersebut, dukuh kecil di lereng bukit itu akhirnya dinamai Kawengen yang secara etimologis berarti kemalaman.
Seiring perjalanan waktu, penduduk Dukuh Kawengen yang secara administratif berada di wilayah Desa Kawengen, Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang itu kian bertambah. Dari semula beberapa rumah, berkembang menjadi permukiman. Namun karena faktor geografis dan kondisi alam, perkembangannya tak terlampau pesat. Tanah di Dukuh Kawengen cenderung kering dan berkapur. Akibatnya, lahan pertanian bergantung pada curah hujan.
________________
Terlepas benar atau tidak, kisah itu telah menjadi cerita tutur yang ditularkan dari generasi ke generasi. Namun kini banyak anak muda di Dukuh Kawengen yang tak lagi mengetahuinya. Jika demikian, cerita yang mengandung nilai kearifan lokal itu terancam hilang. (37m)
________________________________
Source: http://www.suaramerdeka.com/harian/0611/07/kot35.htm
0 Komentar