Istilah khusyu’ di dalam praktik ibadah umat Islam merupakan satu hal yang senantiasa dicari dan diupayakan. Ia seringkali hanya diasumsikan dengan kualitas sholat yang dilaksanakan umat Islam. Padahal di dalam setiap sendi-sendi kehidupan umat Islam seyogyanya juga dapat juga dilaksanakan dengan khusyu’. Termasuk pula dalam berdoa kita juga harus benar-benar khusyu’. Doa bukan hanya sekedar sarana untuk meminta kepada-Nya. Akan tetapi doa juga merupakan wujud kesadaran kita selaku makhluk Allah yang pada hakikatnya adalah makhluk yang dhoif (baca: lemah). Sehingga doapun juga harus dilaksanakan dengan khusyu’.

Lebih jauh lagi sebagaimana diungkapkan oleh Agus Mustofa dalam bukunya yang berjudul Khusyu': Berbisik-bisik dengan Allah,beliau memberikan sebuah nasihat bagi kita untuk hati-hati di dalam berdoa karena gaya berdoa seseorang menunjukkan posisinya di sisi Allah.

Berdoalah secara "strategis". jangan berdoa yang remeh temeh. Juga jangan nyinyir, segala macam diminta. Meskipun Allah adalah Tuhan Yang Maha Mengabulkan. Tetapi, doa yang remeh temeh itu menunjukkan "kelas spiritual" kita di hadapan Allah. Sekaligus menunjukkan posisi apa yang kita ambil dalam berinteraksi dengan Allah. (Mustofa, 2010:226).

Selain itu, disebutkan pula ada 5 tipe manusia di dalam berdoa yang menunjukkan kualitas masing-masing individu atas doanya yaitu :
a.       Pedagang
Orang seperti ini di dalam berdoa seakan sedang berbisnis dengan Allah dan senantiasa menyebut-nyebut kebaikan yang pernah dilakukannya. Ia 'menagih' janji Allah yang mengatakan bahwa akan 'membeli' amal kebajikan hamba-Nya dengan pahala surga.
b.      Memposisikan diri sebagai makhluk Tuhan
Cara berdoanya adalah menyebut-nyebut Allah sebagi Tuhannya. Dan memuji-muji-Nya sebagai Dzat Yang Menguasai segala hajat hidupnya. Bahwa ia tidak meminta kepada selain Dia. setelah itu barulah ia minta dipenuhi segala keinginannya.
c.       Orang yang malu kepada Allah
Tipe orang ketiga ini merasa malu kepada Tuhan karena sering mendikte Tuhan dalam berdoa. Mereka berdoa kepada Allah dengan cara minta dipilihkan. Maka, dalam doanya dia selalu mendahului dengan kata-kata : "Ya Allah, seandainya 'hal itu' baik buatku, maka perkenankanlah bagiku..." dan ketika doanya tidak dikabulkan, ia berprasangka baik kepada Allah bahwa yang dia minta itu memang tidak baik buatnya. Insya Allah, Dia akan mengganti dengan yang terbaik.
d.      Berdoa dengan cara bersyukur
Tipe yang keempat ini adalah orang yang semakin malu berdoa kepada Allah. Ia mencoba lebih arif dalam menyikapi karunia Allah SWT. Kelompok ini tidak berdoa dengan cara meminta. Ia berdoa dengan cara bersyukur. Dalam pikirannya, orang-orang yang berdoa dengan cara meminta adalah orang yang selalu merasa kekurangan; miskin hati. sedangkan orang yang berdoa dengan cara bersyukur adalah yang berkelimpahan; kaya hati. sebagimana firman Allah QS. Ibrahim ayat 7 "Bersyukurlah kepada-Ku niscaya Aku tambah nikmatmu".
e.       Berdoa dengan cara memberi
Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah rasanya sudah menjadi motto dari tipe kelima ini. Dia sudah memberi sebelum diminta. Yang ada di pikirannya bukanlah 'meminta' melainkan 'memberi'. Ia ingin menjadi kepanjangan tangan Allah dalam menyebarkan rahmat dan kebahagiaan kepada setikap makhluk. Maka kalaupun berdoa, ia tidak lagi berdoa untuk dirinya sendiri, melainkan untuk kebaikan umat. Persis seperti Nabi Muhammad SAW, yang sampai saat menjelang wafat pun masih berbisik-bisik : ummati...ummati ~ umatku...umatku...

Terlepas dari semua itu entah tipe yang mana yang akan kita pilih dalam berdoa kepada Allah, kita lebih tahu sendiri doa macam apa yang menurut kita baik bagi kita. Akan tetapi yang perlu untuk tetap diingat bahwa Allah senantiasa mengetahui setiap maksud yang terselip di dalam hati kita karena Allah bisa lebih dekat dari urat nadi kita. Dan Allah selalu mendengarkan setiap doa makhluk-Nya.


Daftar Pustaka

Mustofa, Agus. Khusyu’ : Berbisik-bisik dengan Allah, Padma Press, Surabaya, 2010

Posting Komentar

0 Komentar

Langsung ke konten utama