Syahadat yang selama ini kita ketahui sebagai bukti ke-ISLAM-an kita, yang meniadakan Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah jangan-jangan hanya menempel di bibir kita saja. Betapa tidak, keraguan ini mulai menghantuiku,,,, aq tak tahu bagaimana dengan kalian. Seringkali kita melihat adanya pengingkaran-pengingkaran dari diriku, kamu, kita, kalian atau mereka. Seakan tak ada bekas sebagai makhluk yang benar-benar merealisasikan Syahadat yang dimiliki.
Syahadat..
mudah diucap.
namun banyak yang tak tahu merealisasikannya.
Perlu kita ketahui bersama, ada beberapa kisah unik dibalik syahadat yang perlu kita renungkan. Kisah yang akan membuat kita sendiri bertanya di hati kita masing-masing. BAGAIMANA DENGAN SYAHADATKU?..SUDAHKAH BENAR DI HADAPAN ALLAH?..
- Syahadatnya Ratu Bilqis sewaktu tunduk kepada ajakan Nabi Sulaiman, bahwa dia telah tunduk dihadapan kekuasaan Allah Sang Pemilik jagad Raya.."Aslamtu ma'a Sulaimaana lillahi rabb Al-'Aalamiin". sungguh Bilqis dalam syahadatnya telah mengaku tunduk dan pasrah kepada Allah yang telah memperlihatkan kekuasaan-Nya melalui Nabi Sulaiman.
- "Aamanna bi rabb al-'aalamiin". ini adalah syahadat para Penyihir yang dimiliki oleh Fir'aun merasa telah menemukan kebenaran dan ke-Mahakuasa-an Allah yang mengutus Nabi Musa untuk menjalankan tugasnya membimbing manusia di jalan Allah. mereka berhenti dari mengabdi kepada Fir'aun untuk membenarkan karasulan Nabi Musa dan bersedia mengikutinya di Jalan Allah tanpa sedikitpun takut pada kekejian Fir'aun.
- Fir'aun sendiri ternyata juga telah mengaku tunduk pada Allah damn mempercayai-Nya, ini dapat kita ketahui dalam kisahnya ketika Fir'aun gagal mengejar Nabi Musa yang melewati Laut Merah. Saat itu Fir'aun berucap Aamantu bi rabbi muusaa wa haarun. Tapi sayang seribu kali sayang, Fir'aun tak memiliki kesempatan untuk mengabadikan dan merealisasikan syahadat yang diyakininya. Fir'aun tenggelam dan menjadi contoh bagi manusia untuk mengingat Allah sampai sekarang dengan jasadnya yang di-mumi-kan.
- Yang tak kalah unik adalah syahadat yang satu ini. Saridin itulah namanya. orangnya simpel, dan kurang pandai dalam bicara. maka pada suatu ketika, ia menjatuhkan diri dihadapan sunan kudus dari atas pohon kelapa. Tak urung perilakunya ini membuat Sunan Kudus heran dan sedikit marah. "Kuminta engkau mengucapkan syahadatain bukan mendemonstrasikan kesaktian wahai Saridin..!" Kata Sunan Kudus. Saridin dengan segala kepolosannya menjawab "Sumpah, saya tidak pernah belajar ilmu kesaktian. Hanya lidahku malu mengucapkan kalimat itu karena tidak fasih. biarlah daging, tulang, dan kulitku yang bersaksi di depan kanjeng Sunan. Adakah luka-luka, belur atau kerusakan disana?" Saridin.. ia tak hanya sekedar bersyahadat. Ia bersyahadat dengan tubuhnya karena yakin akan kuasa Allah bahwa Allah tak pernah menyia-nyiakan hamba-Nya. Bagi Saridin ucapan bukanlah hal yang utama namun persaksian dalam bentuk perbuatan yang benar-benar yakin akan syahadat yang diyakininya sebagai kebenaran. Tubuh yang fana bukanlah sebuah penghalang untuk mencintai-Nya. Ia melihat kuasa Allah yang akan melindungi dirinya.
Nah..
bagaimana dengan syahadat yang telah berulangkali kita ucap?
Akankah hanya akan menempel di lidah ini?
ataukah ia sudah meresap dalam otak kita, tangan-kaki kita, mata kita, hidung kita, telinga kita, dan hati kita?
kawan, marilah kita (aku, kamu, kami, kalian, dia atau mereka) menengok ke dalam pribadi masing-masing, hadirkanlah Allah disana; di setiap langkah kita, ucapan kita, pikiran kita dan setiap sendi kehidupan kita. Bahwa Allah selalu bersama kita. sungguh jika telah demikian, Allah lah yang Maha menyaksikan tiap jiwa-jiwa yang berserah diri kepada-Nya.
oleh Kang Maryono
Diambil dari sebuah sumber yang pernah saya baca namun lupa dimana (kepada penulis aslinya saya pribadi mohon maaf dan Jazakillah untuk sumbangannya di Jalan Allah) yang pasti semoga ini bisa menjadi renungan bersama, semoga tulisan ini bermanfaat di Jalan-Nya... aamiin


0 Komentar