Memang susah.
Yakin
Mending meneng neg perlu
tapi neg di mpet ra enak
koyo ngampet entut
ujug-ujug mbrojol

===========
Sebuah teori komunikasi Jawa:

  1. Dupak Bujang (straight to the point)
  2. Esem Mentri (senyum)
  3. Semi Bupati (raut muka)
Teori-teori tersebut menandakan bahwa untuk menyatakan sebuah kalimat ada beberapa tingkatan dari yang berpendidikan rendah sampai kepada pejabat tinggi/tinggi kedudukannya. Tidak semua hal mesti disampaikan secara lugas. Selain kata-kata ada cara lain semisal menggunakan kiasan, sindiran, senyuman atau bahkan dengan raut muka.
============
Paham?

Namun berbeda halnya jika seseorang yang di atas tak jua mampu mampu memahami raut muka, senyuman, sindiran atau bahkan kiasan. Mungkin benar apa kata seorang teman "dupak rag wes". Karena dengan demikian menunjukkan seberapa tinggi kedudukannya yang sebenarnya.

Jikalau memang seseorang tersebut mampu memahami siapa dirinya dan dimana tempat kedudukannya tentunya ia juga harus mampu membaca bahasa-bahasa yang lebih halus. Sebagai contoh tidak mungkin gaya berbicara kepada seorang babu disamakan dengan seorang majikan. Tentu berbicara dengan seorang babu harus lugas, langsung pada poin pembicaraan. Sedangkan berbicara dengan majikan tentu akan lebih halus. Namun sekali lagi di sini, dalam pembahasan ini penulis bukan berarti merendahkan seorang babu dan meninggikan seorang majikan. Akan tetapi kata "babu" dan "majikan" adalah sebuah kata kias mengenai kedudukan seseorang dalam konteks kemampuannya menangkap makna.

by: Mas Maryono