Membaca Ulang Sejarah
(memecah kekakuan berpikir dalam organisasi)
oleh: Maryono

Tulisan ini bukan tulisan ilmiah, hanya sekedar sudut pandang penulis. Pun juga tak akan banyak membahas sejarah ini dan itu. Tulisan ini sekedar unek-unek dimana sejarah telah menjadi sesuatu yang usang. Sejarah disini bukan pula sebagai suatu yang berarti history. Dengan demikian, sejarah yang akan dibicarakan adalah sejarah itu sendiri sebagai sebuah obyek pembicaraan.
Sejarah memang bukan patokan utama laju gerak organisaasi, sebab sejarah memiliki dinamika yang kompleks dan berubah-ubah sepanjang jamannya. Sejarah pun tak bisa dijumput pada satu sisi saja karena boleh jadi ada remah-remah sejarah yang luput di satu waktu. Sejarah harus disorot dari tiap-tiap bagiannya, sampai ke sudut-sudut dan celahnya. Bukan sekedar sisi baiknya namun meliputi cacat dan celanya juga.

Sejarah.
Sejarah bukan sekedar apa, siapa, kapan dan dimana. Ia tak kaku sebagaimana eksata matematika. Ia juga melingkupi mengapa dan bagaimana yang didalamnya termuat detil-detil sebuah permasalahan akan diuraikan. Ada pula analisis SWOT dan sebagainya. Dan bila mengapa dan bagaimana ini diabaikan, yang terjadi adalah kekakuan yang sering dinamai dengan "adat" (dalam tanda kutip) sebagai satu hal yang saklek harus dilakukan tanpa pertanyaan. 

Tentu kita masih ingat tentang kisah tiga orang buta dan seekor gajah: 
Dikisahkan ada 3 orang buta yg selalu merasa paling tahu tentang segala hal, mereka adalah 3 orang sahabat karib. Setiap hari mereka selalu bersama dalam suka dan duka. Suatu hari mereka terlibat dalam perdebatan, diantara mereka selalu merasa paling benar dan paling mengetahui. Sampai akhirnya tak ada titik penyelesaian. Hingga salah satu dari mereka memutuskan untuk menemui orang tua bijak untuk menyelesaikan perdebatan diantara mereka."Pak tua.. saat ini kami sedang memperdebatkan suatu masalah. kami mohon kepada anda untuk menjadi penengah diantara kami, siapa diantara kami yg paling benar." Kata salah seorang diantara mereka.Orang Tua bijak itu terdiam sejenak sambil berpikir." Baiklah.. kalian lihat didepan itu aku punya seekor Gajah. Coba kalian cari bagaimanakah bentuk dari Gajah itu..?"Ke 3 orang buta itu mendekati Gajah yg ada didepan mereka dan mereka telah memegang dan menemukannya.Orang buta 1," saya sudah memegangnya, Ternyata Gajah itu bentuknya seperti ular."Orang buta 2," kamu salah, Gajah itu bentuknya tipis seperti kipas, aku juga telah memegangnya".Orang buta 3," kalian semua bodoh, inilah Gajah yg sebenarnya. Aku yg memegangnya. Dan ternyata Gajah itu bentuknya panjang dan besar, bagaimana menurutmu pak tua?."Pak tua bijak hanya tersenyum sambil berkata:" orang buta 1, kamu benar bahwa Gajah itu seperti ular jika yg kamu pegang adalah belalainya. Orang buta 2, kamu juga benar bahwa Gajah itu tipis seperti kipas jika yg kamu pegang adalah telinganya. Dan kamu orang buta 3, kamu juga benar kalau menurutmu Gajah itu panjang dan besar jika yg kamu pegang itu adalah kakinya. Tapi ketahuilah wahai ke 3 orang buta, bahwa yg kalian pegang baru hanya anggota tubuh Gajah, bukan keseluruhan dari tubuh Gajah.Ke 3 orang buta itu akhirnya tertunduk malu, mereka baru menyadari akan kekurangannya. Mereka lalu saling merangkul satu sama lain untuk saling memaafkan atas kekhilafannya selama ini.
Perlu kebijaksanaan yang lebih untuk melihat segala sesuatu dari banyak sudut. Barangkali diantara kita ada yang berpikir kita sekedar melaksanakan kerja. Tapi bukankah kerja juga butuh hati. Atau tanyakan pada hati masing-masing apakah ia lebih memilih menjadi si buta itu tadi yang merasa cukup dengan sedikit pengetahuan yang dimilikinya... Hati kita masing-masing yang berhak menjawabnya. Selamat berkegiatan